BAB II
PEMBAHASAN
ISPA
2.1 Definisi
Infeksi saluran p[ernafasan atas (ISPA) merupakanpenyakit
utama penyebab kematian bayi dan sering menempati urutan pertama angka
kesakitan balita. Penanganan dini terhadap penyakit ISPA terbukti dapat
menurunkan kematian. Pengertian ispa adalah saluran penyakit pernafasan atas
dengan perhatian khusus pada radang paru (pneumonia), dan bukan penyakit
telinga dan tenggorokan (firdaus j.
Kunoli, 2012).
Infeksi saluran pernafasan atas adalah infeksi yang terutama
mengenai struktur saluran pernafasan di atas laring, tapi kebanyakan, penyakit
ini mengenai bagian saluran pernafasan atas dan bawah secara simultan atau
berurutan (Nelson Vol. 2 Edisi 15, 2000).
Istilah ispa yang merupaka singkatan dari infeksi saluran
pernafasan akut diperkenalkan pada tahun 1984. Istilah ini merupakan padanan
dari istilah inggris acute respiratory infections. Ispa atau
infeksi saluran pernafasan akut adalah suatu kelompok penyakit yang menyerang
saluran pernafasan (Anik Maryunani, 2010).
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi
saluran pernafasan ;mulai dari rongga hidung sampai alveoli beserta organ
adneksanya (sinus, rongga telinga dan pleura) yang disebabkan oleh
mikroorganisme yang berlangsung selama 14 hari ditandai dengan batuk pilek,
sakit tenggorokan disertai dengan demam atau tidak (Rasmaliah, 2004).
Menurut Depkes RI (1998) istilah ISPA mengandun 3 unsur,
yaitu infeksi, saluran pernafasan, dan akut. Pengertian atau batasan
masing-masing unsur adalah sebagai berikut :
1. Yang
dimaksud dengan infeksi adalah masuknya kuman atau mikriorganisme ke dalam
tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2. Yang
dimaksud dengan saluran pernafasan adalah organ yang mulai dari hidung alveoli
beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
Dengan demikian ISPA secara anatomis
mencakup seluruh pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah
(termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan
batasan ini maka jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract).
3. Yang
dimaksud dengan infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14
hari. Batas 14 hari ini diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk
beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat
berlangsung lebih dari 14 hari (Depkes. RI, 1998 : 3 dan 4).
4. Saluran
pernafasan pada manusia adalah alat-alat tubuh yang dipergunakan untuk bernafas
yaitu mulai dari hidung, hulu kerongkongan, tenggorokan, batang tenggorokan
sampai ke paru-paru.
5. Penyakit
yang akut artinya penyakit yang berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes,
RI, 1985 : 1).
Berdasarkan definisi-definisi diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa ISPA adalah suatu keadaan dimana kuman penyakit berhasil menyerang
alat-alat tubuh yang dipergunaksn untuk bernafas yaitu mulai dari hidung, hulu
kerongkongan, tenggorokan, batang tenggorokan sampai ke paru-paru, dan
berlangsung tidak lebih dari 14 hari.
2.2 Etiologi
Bakteri :diplococcus
pneumonia, streptococcus pyogenes staphylococcus aureus, hemophilus
influenza, dan lain lain.
Virus
:influenza, adenovirus, sitomegagalovirus.
Jamur :aspergilus sp. Gandida albicans histoplasm,
dan lain lain.
Aspirasi :makanan, asap
kendaraan bermotor, bbm (bahan bakar minyak) tanah, cairan annion pada saat
lahir, benda asing (biji-bijian, mainan plastik kecil, dan lain lain.).
2.3 Manifestasi Klinis
1. Nafas
cepat bila anak usia.
2. Penentuan
adanya bahaya : bila terdapat satu atau lebihgejala dibawah ini berarti ada tanda
bahaya.
a. Tidak
bisa minum
b. Kejang
c.
Kesadaran menurun
d. Stridor
e. Gizi
buruk
f.
Demam atau dingin (khusus untuk bayi
berusia < 2 bulan)
2.4
Klasifikasi
Program
pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasikan ISPA sebagai berikut :
1. Pneumonia
berat :ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest
indrawing)
2. Pneumonia
:ditandai secara klinis oleh adanya nafas cepat.
3. Bukan
pneumonia :ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa
nafas cepat.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi
penyakit ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan
dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.
Untuk golongan umur kuran 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit
yaitu :
1. Pneumonia
berada : diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian bawah atau nafas cepat. Batas
nafas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau
lebih.
2. Bukan
pneumonia : batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada
bagian bawah atau nafas cepat.
Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi
penyakit yaitu :
1. Pneumonia
berat : bila disertai nafas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian
bawah kedalam pada waktu anak menarik nafas (pada saat diperiksa anak harus
dalam keadaan tenang tidak menangis atau meronta).
2. Pneumonia
: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2-12 bulan
adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1-4 tahun adalah 40 kali per
menit atau lebih.
3. Bukan
pneumonia : batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian
bawah dan tidak ada nafas cepat (rasmaliah,2004).
2.5 Komplikasi
Penyakit ini sebenarnya merupakan self limited disease, yang sembuh sendiri 5-6 hari jika tidak
terjadi invasi kuman lainnya. Komplikasi yang dapat terjadi adalah sinusitis
paranasal, penutupan tuba euthacii dan penyebaran infeksi.
a. Sinusitis
paranasal
Komplikasi ini hanya terjadi pada nak
besar karena pada bayi dan anak kecil sinus paranasal belum tumbuh. Gejala umum
tampak lebih besar, nyeri kepala bertambah, rasa nyeri dan nyeri tekan biasanya
didaerah sinus frontalis dan maksilaris. Diagnosis ditegakkan dengan
pemeriksaan foto rontgen dan transiluminasi pada anak besar. Proses sinusitis
sering menjadi kronik dengan gejala malaise, cepat lelah dan sukar
berkonsentrasi (pada anak besar). Kdang-kadang disertai sumbatan hidung, nyeri
kepala hilang timbul, bersin yang terus menerus disertai scret purulen dapat
unilateral ataupun bilateral. Bila didapatkan pernafasan mulut yang menetap dan
rangsang faring atau yang menetap tanpa sebab yang jelas perlu yang dipikirkan
terjadinya komplikasi sinusitis. Sinusitis paranasal ini dapat diobati dengan
memberikan antibiotik.
b. Penutupan
tuba eusthacii
Tuba
eusthacii yang buntu memberi gejala tuli dan infeksi dapat menembus langsung
kedaerah telinga tengah dan meyebabkan otitis media akut (OMA). Gejala OMA pada
anak kecil dan bayi dapat disertai suhu badan yang tinggi (hiperpireksia)
kadang menyebabkan kejang demam.
Anak sangat
gelisah, terlihat nyeri bila kepala digoyangkan atau memegang telinganya yang
nyeri (pada bayi juga dapat diketahui dengan menekan telinga nya dan biasanya
bayi akan menangis keras). Kadang-kadang hanya ditemui gejala demam, gelisah,
juga disertai muntah atau diare. Karena bayi yang menderita batuk pilek sering
menderita infeksi pada telinga tengah sehingga meyebabkan terjadinya OMA dan
sering menyebabkan kejang demam, maka bayi perlu dikonsul kebagian THT.
Biasanya bayi dilakukan persentesis jika setelah 48-72 jam diberikan antibiotik
keadaan tidak membaik. Persentesis
(penusukan selaput telinga) dimaksudkan mencegah membran timpani pecah
sendiri dan terjadi otitis media perforata (OMP).
2.6 Penatalaksanaan
Pengobatan
pada ispa :
1. Pneumonia
berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik melalui jalan infus,
diberi oksigen dan sebagainya.
2. Pneumonia
: di beri obat antibiotik melalui mulut, pilihan obatnya kotrimoksasol. Jika
terjadi alergi /tidak cocok dapat diberikan
amoksilin, penisilin, ampisilin.
3. Bukan
pneumonia : tanpa memberikan antibiotik. Diberikan perawatan dirumah, untuk
batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak
mengandung zat yang merugikan. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu
paracetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek pada pemeriksaan tenggorokan
didapat adanya bercak nanah disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher,
dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcus dan harus diberi
antibiotik selama 10 hari.
SUMBER PUSTAKA
1.
Kunoli, Firdaus J. 2012. Asuhan Keperawatan Penyakit Tropis.
Jakarta: Trans Info Media.
2.
Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan.
Jakarta: Trans Info Media.
3.
Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Vol 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
4.
Muchlisin riadi. 2013. Infeksi saluran
pernafasan akut. (online) http://www.kajianpustaka.com/2013/07/infeksi-saluran-pernafasan-akut-ispa.html.
Diakses : 21 desember 2014.
5.
Said fuad bachsin. 2008. Infeksi
saluran pernafasan akut (ispa). (online) https://fuadbahsin.wordpress.com/2008/12/25/infeksi-saluran-pernafasan-akut-ispa/.
Diakses : 21 desember 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar